Gambar Maya (Cerpen) – Dari Jurnal Multiply

Blog Entri Gambar Maya (cerpen) Nov 15, ’09 4:17 PM
untuk semuanya
diharapkan komentarnya… Moga bermanfaat, met baca… Kalo mo copy silakan, asal cantumin sumbernya… Terimakasih.


Gambar Maya


Hati Nuri berdebar-debar. Ia menunggu pengumuman lomba menggambar. Ia mewakilkan sekolahnya ke tingkat kecamatan. Melawan 50 anak yang pintar menggambar sekecamatan. Orang sebanyak itu tak ada yang Nuri kenal, kecuali Maya, teman satu sekolahnya di kelas 2D, sedangkan ia kelas 2A.

“Nuri capek, ya?“ tanya Mama. Nuri mengangguk. Mama merangkul Nuri.
“Sabar, ya, Sayang, sebentar lagi, kok, pengumumannya,“ kata Mama menghibur.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, para perserta lomba dan wali, harap perhatian!“ terdengar suara seorang mbak-mbak petugas dari mikrofon. Nuri dan Mama segera memfokuskan perhatian ke panggung.
“Kami akan mengumumkan para juara Lomba Gambar Tingkat SD yang diselenggarakan dan didanai oleh Taman Bacaan Pujangga. Akan kami umumkan lima juara harapan dan tiga juara utama.Para Juara Harapan akan mendapat bingkisan berisi media menggambar senilai seratus ribu rupiah, ditambah piagam. Dan sekarang, kami umumkan saru persatu juara-juaranya… Juara Harapan V lomba menggambar diraih oleh… Salsa Fitriani! Ayo, Salsa, maju, ambil hadiahnya…“ kata mbak petugas iru lagi. Seorang anak berkerudung biru maju, menerima kantong kertas mengilap dan bergambar kartun sebagai hadiah. Terlihat mbak petugas tadi sedang menyalami anak itu, sepertinya memberi selamat.
“Ya… Kok Nuri nggak juara, Ma?“ tanya Nuri bingung. Menurutnya, gambar Nuri lebih bagus dariipada gambar Salsa. Nuri bisa melihat sendiri gambar Salsa yang dipajang di panggung.
“Kan masih ada banyak juara lagi. Bukan si Salsa aja yang menang. Nanti juga ada anak lain,“ jelas Mama.
“Juara Harapan IV lomba menggambar diraih oleh… Syifa Mafthuhah!“
“Juara Harapan III lomba menggambar pemegangnya adalah… Cintya Gherafi!“
“Juara Harapan II lomba menggambar pemegangnya adalah… Lola Putri!“
“Juara Harapan Pertama lomba menggambar, diraih oleh….. Iftiyah Mifthah!”
“Ma! Kok Nuri nggak dipanggil? Nuri nggak juara, ya, Ma?” tanya Nuri, begitu melihat beberapa anak naik panggung menerima hadiah. Mbak-mbak itu masih mengatur barisan para pemenang.
“Sabar, Sayang, masih ada beberapa juara lagi, kok,“ Mama menghibur lagi. Nuri kembali tenang, berharap bahwa dialah juara berikutnya.
“Dan juara utamanya akan mendapat peralatan menggambar senilai seratus ribu rupiah dan paket kursus menggambar privat selama seminggu oleh Kak Virli. Juara III adalah… Aliyyah Afitah, ayo, maju, Nak, selamat, ya…“
Seorang anak berkerudung putih berenda maju. Tersenyum. Mengucapkan terimakasih dengan malu-malu ke mbak yang memberikannya bingkisan hadiah.
“Juara II, diraih oleh Nuri Handayani…“
“Ma! Nuri menang!“ pekik Nuri gembira.
“Bilang ’alhamdulillah’ dulu, dong. Kan, Allah udah ngebantuin Nuri menang,“ nasihat Mama.
“Oh iya, alhamdulillah… Nuri ke panggung dulu, ya, Ma,“ kata Nuri sambil berlari ke panggung.
“Wah, Nuri, selamat, ya, kamu menang!“ Maya menyalami Nuri begitu ia turun dari panggung.
“Makasih, ya. Kamu juara berapa, May?“ tanya Nuri.
“Aku? Aku nggak menang…” jawab Maya. Nuri melihat gambar Maya.
“Ih, gambar kamu aneh banget, May. Kan,kita disuruh gambar gunung, kenapa kamu bikinnya datar? Terus ini apaan, May? Kok mencong gitu. Terus, kamu bisa ngewarnain, nggak sih? Warna merahnya kok keluar garis? Kuningnya juga nggak penuh. Ih, birunya acak-acakan!“ komentar Nuri begitu melihat gambar Maya.
“Soalnya aku nggak bisa gambar sebagus kamu,“ kata Maya sedih.
“Kalau nggak bisa, kok kamu diwakilin, sih? Kalo aku yang diwakilin, memang wajar. Karena gambarku bagus, lucu, rapi, cantik, pewarnaannya pas. Eh, udah dulu, ya, aku mau ke Mamaku, kasihan, dia nungguin!“ Nuri menyombongkan diri. Ia tak melihat Maya yang menitikkan airmata. Nuri sudah berlari menuju Mama.
Begitu Nuri menghempaskan diri dengan manja ke pangkuan Mama, Mama memeluknya. Mengucapkan selamat. Lalu Nuri memberikan bingkisan hadiah dan piagam yang tadi diberikan padanya.
“Ma, gambar Maya masa’ aneh banget. Gunungnya datar, bikin matahari aja mencong. Warnainya juga acak-acakan, Ma. Terus tadi Nuri juga udah bilang sama Maya, kalo dia nggak berbakat gambar. Kok gambar sejelek gambar Maya diikuti lomba, ya? Kepala sekolah salah milih kali. Harusnya yang jadi perwakilan bukan Maya. Iya, kan, Ma?“ cerita Nuri diiringi bertanya.
“Lho… Nuri nggak boleh gitu dong. Kan kasihan Maya. Emang Nuri mau gambar Nuri dibilang jelek, padahal Nuri udah ngegambar itu dengan susah payah?“ tanya Mama. Nuri menggeleng.
“Kalau Nuri nggak mau digituin, minta maaf, dong, sama Maya. Sana, deh, kamu harus minta maaf,“ nasihat Mama.
“Astagfirullah… Iya, Ma, Nuri minta maaf ke Maya dulu, ya,“ kata Nuri sambil mendekati Maya.
“Mm, May, aku mau minta maaf, udah bilang gambar kamu jelek. Maafin aku, ya?“ Nuri meminta maaf.
“Ya udah, aku maafin. Tapi kamu nggak boleh sombong lagi, sama siapapun. Janji, ya?“ kata Maya. Nuri menggangguk.
“Sebagai permintaan maaf, aku mau kamu pake kesempatan aku kursus gambar privat sama Kak Virli. Mau, ya?“ tawar Nuri sambil tersenyum.
“Wah… Kamu baik banget! Nggak apa-apa, nih?“
“Nggak. Pake aja kesempatanku,“ Nuri tersenyum meyakinkan.
“Makasih banyak, ya!“

 

Kasih tanggapan dong!