Tuhan, Betapa Aku Mencintai Hidupku

KepadaMu Pemilik Semesta, kuhaturkan sembah dan banyak banyak banyak terimakasih.
Terimakasih Tuhan, atas tiap butir nikmat yang sudah dan akan kukecap. Aku mencintai hidupku Tuhan, amat sangat.
Aku cinta nyaris semua aspek yang Kau jadikan sebagai kehidupanku.

Aku cinta keluargaku; kedua orangtuaku yang pengertian dan kedua adik yang cerdas.
Aku cinta teman-temanku; yang kompak, unik, dan penuh ide segar.
Aku cinta jurusanku; kurikulumnya yang menuntut kreativitas dan sangat sesuai dengan minatku.
Aku cinta sekolahku; dengan teman-teman dari berbagai jurusan yang dari mereka aku bisa belajar bermacam-macam.
Aku cinta lingkungan rumahku; dengan anak-anak yang bermain sepeda sore hari dan azan yang bersahut-sahutan saat waktu sholat.
Aku cinta jaringan dunia mayaku; teman-teman blog yang kritis dan senantiasa memotivasiku, senang dengan pembaruan tulisan-tulisan idealis mereka.
Aku cinta keseharianku; tiap kegiatan dan aktivitas yang kujalani tiap harinya.

Aku cinta hidupku dan seluruh aspek yang ada di dalamnya. Aku cinta sekali, Tuhan. Segala puji bagiMu yang Telah Memberikannya, sungguh segala puji.

Aku mencintai hidupku, Tuhan…

Aku mencintai hidupku… amat sangat.

Lalu bagaimana aku bisa siap terhadap kematian kalau begini?

Kasih tanggapan dong!

4 pemikiran pada “Tuhan, Betapa Aku Mencintai Hidupku”

  1. Karena mencintai hidup maka si aku itu akan selalu berbuat baik dalam perjalanan hidupnya. Selalu menebar benih2 cinta dan kasih kepada sesama. Cinta kpd sesama berdasar juga dari cinta yg tulus kpd Tuhan…
    Kalau sudah demikian, kapanpun si aku akan siap menghadapi kematian.
    Salam,

%d blogger menyukai ini: