Daily Prompt: All Grown Up
Desakan Harian: Semuanya Tumbuh
When was the first time you really felt like a grown up (if ever)?
Ketika saya 8 tahun, kelas 3, sampai kelas 4.
Saya senang menyebutnya masa-jadi-diri-sendiri. Saya belajar banyak. Tidak sebanyak sekarang memang, tapi itu adalah pertama kalinya saya belajar cukup banyak tentang kehidupan, dan itu sangat berkesan bagi saya. Itu adalah awal dari masa puber saya (ditinjau segi biologis), dan saat saya bertemu seorang teman yang sangat-amat saya kagumi hingga hari ini, sebut saja A.
Dalam masa-jadi-diri-sendiri ini saya mendapatkan puncak dari merusak-diri-sendiri, sekaligus pemahaman bagaimana seharusnya bersikap di depan orang-orang. Juga saya mengenal A sebagai teman saya, bukan teman dekat memang, tapi saya benar-benar belajar banyak darinya, saya dapat pelajaran-pelajaran yang tidak pernah saya pelajari sebelum dan sesudahnya dari siapapun atau aapun. Itu juga awal saya belajar berpikir dengan alasan–belum secara rasional dan logis–untuk sesudahnya. Saya punya buku harian 8 tahun saya, disimpan rapi dan aman di rak rahasia saya di kamar, jadi saya tau bagaimana saya memulai puber, dan memulai untuk berubah setiap hari (dulu saya pikir: “Gua udah bukan bayi lagi!”), dan memulai mengagumi A.
Tolong kritik Inggris saya Kakak-Kakak WP ^^
Mantap nih inggrisnya.
maaf nih saya gak bisa koreksi coz inggris saya lemah,hahana…
Belum nih, masih banyak salahnya. Saya nggak suka bahasa Inggris, dan males belajar itu. Tapi pengen banget nulis Daily Prompt. Kan nggak cetar gitu kalo nulis Daily Prompt tanpa bahasa Inggris. Ehehe ^^
When I was 8, at the 3rd grade to 4th grade, I liked to recall it as a being-myself period. I learned a lot. Not as much as I do now, though. But it was the first time I learned a lot about life and it made a big impression on me. That’s precisely the beginning of my puberty (biologically viewed), and then I met a friend I adored so much. Call him “A”.
During that period, I gained an understanding in how I’d destroy myself, as well as a comprehension of how did I have to behave myself in front of people’s eyes. “A” came across being a friend albeit not a close one. And yet he taught me a great deal. I took lessons which I had never and would ever learned from anyone or anything. This also became a starting point of me thinking by reasons–not rationally and logically yet–for the time after it.
I had my 8-years-old diary, safely kept inside my secret drawer in my room. The diary made me know how to begin my puberty and to begin changing everyday (I used to think I wasn’t a baby anymore!) and start admiring “A”.
maaf ya prit dikoreksi hehe^^
Waah makasih banget dikoreksi sampe sedetail iniiiii ^^ makasih beudh mastah sudah membetulkan kesalahan-kesalahankuuu ^^
ora opo2 ^^ aku senang membantumu. dan bukan mastah juga-_- sama sama^^