Ayo Salahkan Mereka!

Ayo Salahkan Mereka!

https://maureenholland.files.wordpress.com/2012/06/accuse.jpg?w=615

Menyalahkan orang adalah hal yang menyenangkan, bukan begitu?

Sudut pandang pertama.

Mereka yang duduk di gedung DPR di Gatsu itu, kerjanya sehari-hari hanya kongkow, duduk berpangku tangan, membuat undang-undang yang akan dilanggar putra-putri mereka, berlalu-lalang di jalan-jalan dengan mobil berpendingin sementara jendela mobilnya diketuk seorang bocah pengemis yang tidak sekolah karena hambatan biaya.

Mereka yang duduk di gedung-gedung kementrian itu, kerjanya sehari-hari membuat kebijakan dan perencanaan yang memberikan untuk banyak ke mereka. Menggalakkan investor asing dan menggusur UMKM lokal. Membangun pabrik yang katanya sebagai penyerap tenaga kerja, pengurang pengangguran, tapi malah makan lahan petani, membuat pengangguran petani dan membuat mereka harus mengimpor pangan lagi. Berkoar tentang hargai produk lokal, tapi gengsi kalau barang-barangnya tidak dibuat di negri yang jauhnya ribuan kilometer dari nusantara.

Mereka yang duduk manis disorot oleh kamera dan tayang di acara mingguan–dinamakan dengan bahasa Inggris; Indonesia Lawyers Club–bicara dan bicara hal-hal menarik tentang kesalahan pemerintah dan bagaimana seharusnya mereka melayani rakyat. Menarik untuk didengar, tapi tidak untuk diharapkan. Kata-kata mereka hanya kata-kata, yang menguap tiga menit setelah diucapkan. Tidak akan ada representasinya dalam realita. Esok hari, mereka akan bangun pagi, lalu kembali mengoceh tentang kesalahan pemerintah dan bagaimana seharusnya mereka melayani rakyat, dengan semangat yang lebih menggebu, dan topik yang lebih panas.

Mereka yang duduk di singgasana kota-kota atau provinsi, sebelum duduk di situ, berkoar-koar membanggakan diri ke setiap orang yang mereka temui, dan meyakinkan bahwa diri mereka adalah yang paling baik untuk memimpin. Tapi setelah mereka mendapat singgasana di kota-kota atau provinsi, mereka memang membuat proyek, ya, tapi mereka memprioritaskan proyek yang memberikan mereka–alih-alih masyarakat–keuntungan lebih besar.

Sudut pandang kedua. 

https://i2.wp.com/us.images.detik.com/content/2013/06/17/10/155339_puriponoss.jpg?resize=308%2C274

Mereka yang memang mental orang bodoh, sekolah kami gratiskan malah dianggap tak berharga. Siswa-siswa mengeluh dengan bayaran-bayaran sekolah, padahal buat nonton bioskop atau traktir pacar, berapa rupiahpun tak masalah. Kata Derek Bok, kalau kalian menganggap pendidikan itu mahal, maka cobalah kebodohan. Ternyata kalian lebih suka menjadi bodoh ya, memilih tidak sekolah hanya karena alasan biaya. Uang akan menghampiri kita kalau kita memiliki pengetahuan, kalian harus sadar.

Mereka yang memang mental pemalas. Inginnya bantuan instan seperti BLT, subsidi ini-itu, dikasih gaji dan pesangon, kalo nggak bakal gelar demo. Giliran dikasih pendidikan gratis atau lowongan kerja, bengong kayak sapi ompong. Berasa raja, pengennya dilayanin terus. Memang gaji kami dari pajak mereka, tapi itu bukan berarti mereka membayar kita. Ini kepentingan tingkat negara. Kalian lebih suka disuapi ya.

Mereka yang memang belum memaksimalkan otak karunia Tuhan. Mereka bilang mereka bisa baca, tapi parkir dibawah rambu dilarang parkir, menembus lampu merah, merokok di tempat umum, membuang sampah sembarangan, dan hal-hal remeh semacam itu. Mereka kan sudah sekolah di sekolah yang digratiskan negara. Di sekolah itu tentu diajarkan adab-adab dan semacam itu. Mereka lebih memilih mengonsumsi rokok daripada beli koran atau membelikan anaknya buku gambar.

Mereka yang memang hidup untuk mengeluh. Mengumpat para pemimpin, menghujat jabatan-jabatan kami, tapi tutup muka begitu ada pemilihan RT. Alasannya, resiko gede. Nanti bakal digunjingkan dan dipersalahkan. Ah, dasar tong kosong nyaring bunyi. Mengumpat orang-orang DPR, padahal orang-orang DPR juga mereka yang pilih. Makanya, pinteran dikit, biar bisa ngebedain mana nasionalis sejati ama orang yang ngincer duit. Menghujat orang-orang yang duduk di tempat basah, padahal kalau mereka yang duduk di situ, memangnya bakal kuat juga nahan iman.

Mari para rakyat salahkan pemerintah, dan pemerintah salahkan rakyat. Dan sibukkan diri untuk membenarkan diri sendiri sementara negara lain sedang sibuk mempersiapkan hunian luar angkasa dan rekayasa genetik manusia.

Gambar: Google Gambar

Kasih tanggapan dong!

7 pemikiran pada “Ayo Salahkan Mereka!”

  1. ^_^ Pemikiran dari dua sudut pandang yang menarik 🙂 Kakak harus memberi apresiasi yang tinggi karena adik mampu melihat sebuah ‘persoalan’ dari berbagai perspektif. Untuk ukuran siswa setingkat SMU, ini dahsyat banget. Kakak yakin kalau adik terus berlatih dan mempertajam pikiran-pikiran adik, peka pada permasalahan dan membuat penilaian secara objektif hmm…. kakak yakin, adik bisa menjadi tokoh yang memiliki peran penting di Negeri ini kedepan.

    • Aamiin deh Kak. Ini juga merupakan nasehat buat saya sendiri yang suka nyalahin orang, masih susah buat introspeksi diri sebelum menunjuk orang.

      Terima kasih udah mampir dan komen 😀

  2. saling menyalahkan, saling berperang, saling menghabisi, bangsa asing yang ketawa. tinggal ambil kekayaan alam yang lenggang dtitinggal mayat penduduknya. #menunggu kapan ini berakhir. #berusaha menyeru rakyat agar mendemo pemerintah, menuntut revolusi pemerintahan nasional. #berusaha berdakwah membuka hati pemerintah agar cepat sadar, tidak egois dan kembali ke islam.

    • Iya, masing-masing susah bergerak. Lah rakyat aja menyumpahi pemimpinnya sendiri. Seharusnya pemimpin itu kan didoakan. Pemimpinnya juga egois, kurang ngayomin rakyat. Masing-masing saling nuntut untuk bersikap lebih baik, tanpa mau introspeksi diri lebih dulu.

      Makasih udah mampir dan komen Kak ^^

%d blogger menyukai ini: