Katanya, lawan!
Begitu yang ditekankan Lanoni, pria kurus yang namanya jadi judul buku ini. Sebagai buku fiksi sejarah, buku Lanoni mewarnai kisah kepahlawanan masa penjajahan di Nusantara, karena menceritakan tentang seorang pahlawan lokal dari satu daerah kecil di timur Indonesia; Lanoni dari Dondo, Tolitoli, Sulawesi Tengah. Buku ini diterbitkan oleh Lingkar Mata pada 2016, ditulis oleh kelahiran asli Dondo, Fhay Hadi.
Buku ini ditulis seperti memoarnya Lanoni, seorang yang lahir di Dondo, Sulawesi. Diceritakan dari Lanoni kecil, bagaimana ia tumbuh dalam asuhan Radjaili, guru yang sangat diidolakan oleh dirinya dan warga sekitar. Sejak kecil, sudah digambarkan mental pejuang Lanoni. Sebagai seorang putra asli Dondo dan murid terdekat Radjaili, ia merasa berkewajiban memerdekakan kampung halamannya dari penjajah Jepang. Cerita berlanjut dengan tumbuhnya Lanoni menjadi pria dewasa, lalu menikah dengan gadis Dondo bernama Mina Sibani. Lanoni juga menjadi guru dan idola bagi banyak orang, termasuk bagi Hamzah, putra Radjaili.
Kemerdekaan hanya milik orang-orang yang merdeka. Merdeka hati. Merdeka pikiran. Merdeka jiwa. Merdeka raga. Merdeka ekonomi, politik, budaya, hukum. Namun kemerdekaan itu telah direnggut oleh kemerdekaan-kemerdekaan bangsa lain.
Fhay Hadi, dalam Lanoni
Konflik utama di buku ini adalah mengenai pemerintahan Imaki Kan Ken Rikan, seorang Jepang yang menjabat bupati di Tolitoli pada 1942. Dibantu dengan polisi Jepang dan orang-orang pribumi pro-Jepang, ia mempekerjakan paksa orang-orang Dondo yang nyaris tidak diupah. Menyikapi hal ini, Lanoni tidak tinggal diam, ia menyusun pasukan untuk melakukan penyerangan terhadap orang-orang Imaki Kan Ken Rikan ini. Ia tidak berjuang sendiri, tapi juga ada peran dari istri dan teman-temannya untuk mengokohkan pasukannya. Selain itu, di perjalanannya mengusahakan penyerangan, ia bertemu dengan seorang pengelana dari Kalimantan, Tantong Karonjani, yang ternyata memiliki masa lalu yang berhubungan dengan Dondo dan Radjaili. Bagaimana pasukan Lanoni mengupayakan penyerangan menjadi klimaks di akhir buku.
Topik yang menarik, karena latarnya yang jarang ditemui–Dondo 1940-an–dan tokoh utama yang diangkat dari kisah pejuang lokal. Ada kesan kuat juga soal penekanan akan nilai juang, rasa nasionalisme, dan kepercayaan diri, tapi sayangnya kurang tergali dalam. Selain itu, latar dan tokoh tidak terlalu menggambarkan khas lokal Dondo. Awalnya saya mengira akan banyak penggambaran mengenai Sulawesi (khususnya Dondo) tidak digali cukup dalam. Dan sudut pandang mengenai penjajahan, menggunakan sudut pandang masyarakat masa kini alih-alih sudut pandang masyarakat Dondo masa itu. Saya pikir, kalau lebih ditekankan sudut pandang masyarakat Dondo masa itu, akan muncul pandangan yang lebih beragam mengenai kerja paksa. Hal ini membuat cerita kering di beberapa tempat.
Mereka tidak akan menang jika tidak pernah melawan. Tidak akan merdeka jika tidak pernah berjuang
Fhay Hadi, dalam Lanoni
Tapi secara keseluruhan, buku ini menarik karena ceritanya, yang meski fiksi-sejarah, mengalir ringan. Dan topik yang diangkat cukup langka, sehingga menambah kekhasan buku ini. Dan yang jadi paling menarik, karena sang penulis mengirim buku ini ke rumah saya! Akhirnya nambah koleksi buku lagi tanpa beli, asyik! Dan senangnya, ada Kak Fhay menulis namaku dua kali di sini; halaman pertama dan kata pengantar.
Senang sekali bisa meresensi buku fiksi sejarah ini! Rekomen deh buat yang ingin bacaan ringan, terlebih yang tertarik pada fiksi-sejarah. Apalagi, jarang ada buku yang mengangkat sejarah perjuangan dengan latar Sulawesi masa Jepang. Oya, buku ini bisa didapatkan dengan mudah di Lingkar Mata.
Sepertinya bagus. Mirip kisah mawar. Cuman itu cerita nasionalisme di jepang. Saya sendiri sering baca buku anak2 yang membahas perjuangan bangsa indonesia. Tapi untuk kisah nasionalis untuk orang dewasa belum pernah. Pas punya uang nyoba nyari buku ini di toko buku terdekat. Sepertinya menarik.
Buku yang judulnya Mawar Jepang? Baru aja googling, hehehe, penasaran. Kayaknya menarik.
Saya malah jarang nemu kisah perjuangan buat anak-anak. Kebanyakan buku anak itu tentang kisah yang berbau agama atau pengetahuan, jarang yang berbau nasionalisme atau budaya-budaya gitu. Mungkin tandanya saya kurang toko buku kali yaa
Saya nyarinya di perpustakaan mbak, sejak sd. Kebanyakan buku negara yang tidak diperjual belikan.
Judul terjemahannya mawar merah, belum selesai baca sih tapi sekilas itu kisah pilot perempuan yg nyamar jadi lelaki.
Wah, buku negara ya, kemungkinan di perpus daerah atau perpus kecamatan ada nih, coba saya cari deeeh. Sayang ya nggak dijual di toko-toko buku 🙁
Eh tapi tadi aku googling nemunya Mawar Jepang, tentang perempuan yang nyamar jadi AU, penulisnya Rei Kimura. Sama atau beda ya? Jadi bingung
Iya sama. Itu bukunya.