Gua kaga sedih, Prit.
Itu kata-kata seorang teman ketika beberapa minggu lalu, sebut saja, perpisahan.
Menanggapinya, aku tertawa, menggeleng. “Gua juga nggak,” aku nyengir. Kemudian melambai dadah-dadah ceria sebelum akhirnya berlalu. Aku pergi, dengan bahagia. Perpisahan membuatku bahagia.
Teman ini, dan teman-teman lainnya, adalah rekan-rekan yang menyenangkan. Aku sungguh-sungguh bersyukur pernah mengenal dan berada di antara mereka. Mulanya, aku menyayangkan karena entah kapan kami akan ketemu lagi, hingga akhirnya, ternyata tidak sesedih itu. Alih-alih, perpisahan ini membuatku bahagia.
Perpisahan, adalah pelepasan, adalah tolok untuk usai. Dengan ini, aku bisa memberi banyak makna terhadap apa yang kulepas, dengan ini pula aku bisa menyadari betapa berharganya apa yang kulepas. Ini menjadikan aku lebih banyak dan lebih mudah bersyukur. Meski menyisakan sesal juga, kenapa aku tidak mengobrol lebih banyak, kenapa aku tidak memperhatikan lebih banyak, kenapa aku tidak tertawa bersama lebih banyak, kenapa aku tidak meraup cukup banyak kenangan.
Di atas semuanya, perpisahan dimana aku melepas satu hal, membuat aku memahami: setelah pergi dari sini, akan ada pijakan yang lain, yang lebih baik. Itu membakar semangatku, dan ya, perpisahan tidak pernah sebahagia ini.
Semoga, bahagia yang lebih untuk yang mereka kulepas.
Sayang jarang tuh memikirkan perpiaahan. Terlalu alami hingga tidak berasa apa2. Tapi ntar pas baru sadar keadaan sudah berubah, baru ingat betapa berharganya orang2 yg dulu berada di sekitar.