Menjadi Asing

ilustrasi-blog-15
Kepada: seorang sahabat
Halo, Sobat.
Membersamaimu di sisa hari ini (dan kemarin, kemarinnya lagi, minggu lalu, dan entah berapa banyak lagi sepanjang belasan purnama yang sudah lewat) membuat aku berpikir, apakah hari ini akan terpatri menjadi kenang, atau berlalu diiring lupa?
Jauh sebelum hari ini, kita pernah saling kenal, Sob. Aku sendiri lupa. Ada seseorang yang memberitahuku bahwa kita pernah saling kenal sebelumnya, yang kemudian kita menapak di jalan masing-masing yang berbeda, yang menjadikan kita asing satu sama lain. Aku tidak ingat pernah kenal kau, dan begitu pula sebaliknya. Kita asing sepanjang waktu yang cukup lama, hingga semesta mempertemukan kita di satu hari cerah. Hari itu, aku berkenalan denganmu sebagai orang asing.
Kemudian hari berlalu, dan kita mengobrol, tertawa, berjalan, dan bersenang-senang bersama. Kepada Tuhan, aku menghatur syukur tak terperi mendapatkan sahabat sepertimu. Aku senang menghabiskan waktu denganmu, meski kita hampir tidak pernah tidak bertengkar di tiap temu. Yah, apapun itu, pertengkaran atau tawa, kita selalu menikmatinya kan?
Tapi itu hanya mengenai hari ini, Sob. Kita masih punya esok yang entah ada berapa banyak. Esok, yang sayangnya, tidak ada yang tau apa yang dibawanya. Napas kita akan berlanjut, masing-masing kita punya urusan yang harus ditangani. Hari akan terus, hidup kita akan kedatangan banyak hal baru,yang lebih menarik, menyenangkan, dan membuat kita betah. Hal-hal baru yang nanti akan menyibukkan kau dan aku masing-masing. Hal baru yang akan membuat aku menjadi sesuatu yang usang bagimu, dan juga sebaliknya. Setelahnya, kita akan kembali menjadi asing satu sama lain. Aku tidak akan ingat kau lagi ketika mendengar lagu yang pernah kita dendangkan bersama, dan kau juga tidak akan ingat aku lagi ketika mampir ke tempat yang pernah kita singgahi bersama. Aku akan menjadi sesuatu yang lalu bersama lupamu, dan begitu pula sebaliknya. Kita benar-benar akan jadi asing satu sama lain, Sob, seperti yang pernah terjadi dulu.
Maka, sebelum hari yang menjadikan satu sama lain usang dan asing, aku menulis ini. Khususnya untuk tegas menerakan bahwa kita pernah merasa begitu indah bersama.
Esok, kita akan punya jalan masing-masing dengan kelokan berbeda, dua jalan yang tidak pernah ada sua, dua jalan yang semakin menjauh satu sama lain, dua jalan yang masing-masing kita akan nikmati dengan sangat. Kita akan menjadi asing satu sama lain, dan itu mutlak.
Tapi untuk hari ini, kumohon, jangan dulu usai. Lagipula, esok belum tiba. Dan tidak akan pernah tiba, kan?
 
Yang kauwarnai harinya,
Prita.
***
Disalin dari catatan minggu lalu
 

Kasih tanggapan dong!

Satu pemikiran pada “Menjadi Asing”

%d blogger menyukai ini: