Karibku, seorang laki-laki buta puisi, sedang susah payah mengupayakan perempuannya, yang hampir lepas karena tenggelam dalam puisi-puisi yang dilagukan orang lain untuk merayunya. Karibku itu paham betul apa yang ia upayakan dan mengapa ia mengupayakannya, tapi sayangnya, ia tidak paham berpuisi, sementara perempuannya mudah luluh oleh puisi, juga terlalu dungu untuk menghargai hal-hal yang lebih konkrit. Padahal, tidak mampu berpuisi bukanlah dosa. Lagipula, karibku ini punya banyak hal yang jauh lebih agung dari puisi, untai kata bualan itu. Salah satu yang terbaik dari dirinya adalah upaya. Terdengar klise memang, tapi upaya memang bukan sesuatu yang bisa dibualkan oleh mulut besar, melainkan sesuatu yang tidak tampak di mata orang-orang yang mudah dibuai hal-hal remeh.
Aku berduka atasnya, dan lebih lagi, atas para perempuan yang mudah diluluh puisi.
Ya, aku juga berpuisi sih, kadang-kadang. Bukan untuk meluluhkan atau mengesankan seseorang, melainkan untuk ekspresi diri. Aku juga menikmati puisi, sering. Bukan untuk luluh dan larut, melainkan untuk mendapat sudut lihat baru untuk menafsirkan hari.
Aku berduka atas orang-orang yang tenggelam dalam puisi dan tidak bisa mencari tepi.
Gambar dari Pexels
Mantaabbb….. DItunggu tulisan selanjutnya.
Gue ga paham sama puisi,hahaha
Cakeppp
Besok kalo ketemu gua tabok lu.
Tapi makasih udah komen. Hehehe. Mau komen yang lain, silakan banget.
Paling suka sama musikalisasi puisi, tapi aku buta puisi dan malas menyadari arti setiap bait tulisan puisi
Semoga ada yg mau sama aku, meskioun ga seromantis puisi pujangga2 di luar sana hehe
Semua orang punya preferensi, dan banyak kok yang nggak mengutamakan puisi-puisi romantis
Hihihi.. iya sih. So, go ahead saja 🙂
Cihuuuy… 🙂