Chairil Anwar Bagimu Negeri Menyediakan Api: Biografi Gelandangan Bersajak

Chairil Anwar Bagimu Negeri Menyediakan Api: Biografi Gelandangan Bersajak

Membaca Chairil Anwar Bagimu Negeri Menyediakan Api yang disusun Tempo ini, bikin patah hati: Tempo begitu apik menyajikan Chairil. Jika umumnya Chairil digambarkan sebagai pujangga yang tidak lekang dipuja, Tempo di sini menggambarkan ia sebagai gelandangan yang tukang ngutang dan memiliki hubungan dengan banyak perempuan.

Buku ini terbit pada 2016 bersama dengan Seri Buku Tempo: Tokoh lainnya. Mengungkap kehidupan Chairil pasti bukan hal yang mudah, karena harus mencari dan membaca arsip puisi tulis tangan Chairil, menelusuri dan mewawancara orang-orang yang dekat dengan si penyair yang berusia pendek ini, serta merangkum seluruhnya menjadi bacaan yang ringan tapi juga menggigit.

Ada  cerita mengenai keluarga: bagaimana hubungannya dengan orang tuanya dan adiknya; teman-temannya: hubungannya dengan berbagai penyair dan sastrawan; perempuan-perempuannya: yang ia nikahi dan sekadar ia dekati dan fakta bahwa ia juga menikmati penjaja seks; dan opini dari orang-orang dekat Chairil yang diangkat berdasarkan wawancara. Buku ini menjabarkan banyak sekali ‘dosa’ Chairil. Dijelaskan bagaimana Chairil merupakan putra yang tidak terlalu patuh, pemuda yang bermain perempuan, orang yang mencuri barang kawannya untuk hidup saking menggelandangnya ia, enggan mengakui putrinya sendiri, dan banyak lagi.

Saya sangat suka puisi Chairil Anwar sejak SMP. Saya–dengan naif–melihatnya sebagai sosok idealis yang produktif berkarya. Tapi membaca ini, opini saya jadi bergeser. Buku ini menggambarkan sisi-sisi buruk (atau lebih tepatnya, manusiawi, lumrah) Chairil: tukang ngutang, tidak setia, perokok berat. Ada banyak fakta yang membuat saya sebagai penggemarnya, kecewa. Yah, seharusnya kita jangan terlalu buta menggemari sesuatu. Saya sering lupa, orang-orang selalu punya sisi buruk, yang seharusnya dapat kita pahami dan tolerir (atau jauh lebih baik, membantu membenahinya) tanpa mengurangi simpati kita pada diri mereka.

Meski begitu, Tempo tidak pernah mengecewakan dalam menyajikan sudut pandang. Buku ini ditulis dengan menjejeri fakta-fakta penting yang tidak pernah orang-orang perhatikan, fakta-fakta yang menggiring kita untuk tetap berpikir adil; khas Tempo.

Tapi bagaimanapun, saya tetap suka membaca karya Chairil. Gelora di puisi-puisinya kuat. Berbeda dengan Sapardi, misalnya, yang berpuisi dengan begitu peka dan lembut. Karya Chairil masih lebih menyentuh. Ternyata, binatang jalang lebih memikat dari profesor ilmu budaya yang memuja hujan Juni, ya.

Ini buku bagus. Chairil sempurna digambarkan sebagai gelandangan yang piawai bersajak, menjadikan sosoknya makin memukau.

Baca resensi Prita lainnya

Oya, saya baca Chairil Anwar Bagimu Negeri Menyediakan Api ini di aplikasi iPusnas, aplikasi pinjam buku milik Perpustakaan Nasional RI. Tinggal daftar gratis, kemudian bisa pinjam buku secara digital. Rekomen banget, ini benar-benar jadi penyedia bacaan favorit saya selama beberapa minggu terakhir! Ada banyak buku dari bermacam jenis dan kelas jugaaa.

Kasih tanggapan dong!