Menggubah Prolog Mahabharata

Menggubah Prolog Mahabharata

Sumber: Pexels

Kamu, pernah dengar Mahabharata? Memerhatikan salah satu tokoh perempuannya yang bernama Dewi Kunti?
Ia seorang putri raja, ibu dari lima Pandawa. Sebelum membesarkan lima Pandawa, ia memiliki satu anak yang tidak pernah dilahirkan: Karna. Karna ia dapatkan dari anugerah yang diberikan Dewa Surya secara murah hati.

Itu bukan cerita yang menarik, khususnya tentang Kunti. Rasanya, aku ingin menggubah Mahabharata–di bagian tentang Kunti, agar kisah panjang itu berjalan seperti ini:

Kunti diberi anugerah untuk memanggil dewa atau dewi manapun yang disukainya. Karena ia selalu terpesona dengan matahari, maka ia memanggil Dewa Surya, sang penguasa mentari. 

Dewa Surya datang. Sosok ini sungguhan merupakan representasi mentari: cerah, hangat, penuh semangat, ada binar yang mustahil padam di pandangannya. Kunti luruh pada tatap pertama. Tetapi, temu tidak berlangsung lama. Surya harus segera pergi, dan Kunti juga punya hal-hal lain untuk dikerjakan.

Esoknya, Kunti menyadari bahwa anugerahnya untuk memanggil dewa hanya berlaku satu kali. Ia mengutuki dirinya karena kemarin tidak meminta Surya untuk tetap tinggal. Kunti mencoba memanggil Surya lagi, tetapi kali ini ia tidak kunjung datang. Kemudian perempuan itu tidak ingin terus menerus menampik rindu, sehingga ia memutuskan untuk menghampiri Surya. Ia berkemas dan berangkat, meninggalkan rumah yang meneduhinya untuk menyusuri jalan yang tidak ia kenal. Kunti berangan-angan agar dalam perjalanan naifnya, sesegera mungkin, dapat bertemu Surya.

Ada kabar buruk dan kabar baik dalam perjalanan ini. Kabar buruknya adalah Kunti tidak sadar bahwa Dewa Surya yang menguasai mentari, bersemayam jauh di penjuru yang tidak bisa Kunti raih. Kabar baiknya adalah mentari Dewa Surya tidak pernah luput menghangatkan Kunti sekejap matapun.

Mungkin ini akan jadi epos yang mahakonyol, tapi epilog masih jauh, si Kunti tidak perlu khawatir.

Kasih tanggapan dong!