Maret 22: Skripsi

Sudah lewat setahun, dari hari datang ke dosen pembimbing, mengajukan proposal 15 lembar tentang integrasi adat dan agama di satu kawasan yang pernah disebut ‘rumah’ oleh salah seorang antropolog Amerika.

Integrasinya dilihat secara semiotik, dari arsitektur bangunan-bangunan yang kuteliti. Jadi, enam bulan dari hari itu, aku belajar semiotik—ranah anak-anak linguistik. Kemudian dua bulan untuk mencari-cari definisi ini-itu di arsitektur; menelisik informasi bangunan-bangunan yang akan kuteliti. Kemudian ke lapangan, ambil data. Ada empat tempat yang kusambangi di radius 80 km. Di satu kabupaten yang jauhnya 1.300 km dari rumah. Wow. Mengerikan dan menyenangkan sekaligus.

Hari ini, aku masih menyusun data-data lapangan, dan menyiapkannya biar cukup oke untuk digoreng di bab analisis. Bab yang menjelaskan bagaimana adat dan agama, dua hal yang mulanya paradoks, bisa berkelindan harmonis.

Duh, sungguhan, ini seru sekali.

Aku senang menjawab ketika orang-orang di sekitarku masih tanya-tanya, “Gimana skripsinya?”


Maret selalu jadi bulan dimana Semesta meluapkan aneka warna di hari-hari. Tahun ini aku ingin merayakan Maret dengan maraton menulis syukur, satu post tiap hari.

Kasih tanggapan dong!

2 pemikiran pada “Maret 22: Skripsi”

%d blogger menyukai ini: