Buku Guru Aini: Matematika Dilematis dari Andrea Hirata

Buku Guru Aini: Matematika Dilematis dari Andrea Hirata

Baru banget diluncurkan beberapa hari lalu, buku novel Guru Aini yang ditulis Andrea Hirata ini terbit sebagai prekuel dari novel Orang-orang Biasa yang dia terbitkan tahun sebelumnya. Orang-orang Biasa bercerita tentang sekawanan orang dewasa yang dulunya adalah teman sekolah, yang berjuang mencari uang untuk biaya kuliah Fakultas Kedokteran Aini, anak Dinah, salah satu dari mereka. Sementara buku Guru Aini ini bercerita soal perjuangan Aini dan guru matematikanya semasa SMA.

Buku Guru Aini Tentang Apa?

Terbit pada 2020, menggenapkan 15 tahun buku Andrea Hirata merajai toko buku, buku ini masih muncul dengan ciri khas Andrea Hirata. Masih seputar kehidupan kampung yang melarat, ditambah dengan jenaka dan humor yang tepat. Gagasan mengenai tokoh Aini yang ingin kuliah kedokteran mungkin tidak akan serenyah ini jika bukan Andrea Hirata yang menulis. Ia menggambarkan tiap tokoh dengan karakter yang apik dan kuat, sekaligus merincikan konflik dan drama cerita dengan gaya jenakanya.

Baca resensi Prita lainnya

Dilema Desi Sang Idealis

Cerita dimulai dari Desi, anak juragan kaya di kota yang bercita-cita jadi guru matematika di pelosok. Ia optimis akan cita-citanya yang tidak populer, melanjutkan sekolah tinggi guru, hingga akhirnya dengan drama ini-itu, mendapatkan persis apa yang ia cita-citakan: mengajar matematika di salah satu SMA di pelosok Tanjong Hampar. Namun rupanya, mengajar matematika untuk mencerdaskan anak-anak kampung itu bukan hal yang mudah. Anak-anak bebal, fasilitas seadanya, rakyatnya melarat, rekan guru lain juga tidak kooperatif. Tapi Bu Guru Desi tidak patah semangat.

Di sela-sela cita menjadi guru matematika, Guru Desi menyelipkan harapan bahwa suatu saat nanti ia akan menemukan seorang jenius matematika di tengah anak-anak miskin itu.

Tapi waktu berlalu, puluhan tahun, ratusan murid sudah diajar, tidak satupun cukup jenius bagi Guru Desi.

Dilema Aini Si Bebal Matematika

Hingga akhirnya ada seorang anak bernama Aini. Anak paling bodoh matematika di seluruh kelas, bahkan mungkin di seluruh negri. Tidak pernah mengerti bahkan matematika yang paling sederhana, tapi dengan kepala batu datang ke Bu Guru Desi, minta diajar matematika. Desi sendiri pusing setengah mati. Bagaimana mungkin pelanggan nilai 0 dan 1 di tiap ulangan tiba-tiba jadi ambisius belajar matematika?

Rupanya, Aini merasakan ironi jadi orang yang bodoh dan melarat: tidak bisa melakukan apapun saat sang ayah sakit. Ayahnya sudah bertahun-tahun terbaring dan sekeluarga tidak ada yang bisa memperbaiki keadaan itu. Sang ibu bersama Aini pontang-panting dagang mainan anak-anak sekaligus mengurus adik-adik Aini. Dengan pandai matematika, Aini naif ingin masuk fakultas kedokteran, lalu jadi dokter, sehingga bisa menyembuhkan sang ayah.

Karena alasan itu, Guru Desi bersedia menerima Aini. Tapi, itu jadi perjuangan super berat bagi keduanya. Guru Desi yang sudah penat dengan anak-anak kampung tanpa satupun jenius yang ditemukannya, masih harus mengajari Aini secara privat tanpa imbalan tiap jam sekolah usai. Masalahnya, Aini bahkan tidak mengerti matematika sederhana.

Aini juga menangis berkali-kali, berusaha paham sampai menghapalkan soal-soal tahun lalu, tidak peduli fakta bahwa hapalan tanpa pemahaman tidak akan berhasil di matematika. Tapi meski sadar dirinya bodoh dan kerap membuat Guru Desi kesal, ia tidak pernah absen datang ke rumah Guru Desi tiap sore.

Perjuangan dua orang berbeda yang berusaha untuk satu tujuan sama ini akhirnya menelurkan sedikit hasil dengan cara yang tak terduga. Andrea Hirata dan gaya jenakanya menceritakan ironi bahwa orang melarat tidak boleh cerdas, karena menjadi cerdas hanya suatu kesia-siaan; mereka tidak punya akses untuk memberdayakan kecerdasan mereka.


Buku Guru Aini - Novel Andrea Hirata
Buku Guru Aini, bersama gantungan kunci dan kartu ucapan dari Bukukita.com

Tidak pernah tidak menikmati Andrea Hirata. Ceritanya melulu berlatar pelosok Sumatra, dengan orang-orang Melayu yang senantiasa merayakan keadaan dengan humor mereka, tapi aku tidak bosan-bosan dengan tema ini karena Andrea Hirata membawa angin baru di tiap cerita. Di buku Guru Aini, angin baru dari Andrea adalah kebebalan Aini akan dua hal kontradiktif: tumpulnya otak untuk belajar matematika sekaligus ambisi naif ingin masuk fakultas kedokteran.

Tiap habis selesai Andrea Hirata jadi ingat, ada banyak sekali dilema hidup, tapi alangkah leganya kalau kita bisa mengemasnya dengan humor dan ya, jangan baper-baper. Nanti akan ada jalan.

Baca resensi fiksi lain: Muhammad, Tasaro GK


“Matematika, Kawan, bukan untuk para penakut!”

Kalimat terakhir di buku Guru Aini, Andrea Hirata

Apakah kamu seorang penakut?

Kasih tanggapan dong!