Kapan kita bisa berbincang lagi, Nona?
Barang satu-dua gelas teh di sore hari, atau percakapan telepon tiga puluh detik juga tidak masalah. Aku hanya ingin tanya bagaimana harimu (apakah kau akan berkeberatan menjawabnya), dan ingin menyampaikan bahwa, sungguh, aku mengakui bahwa kau hebat.
Aku tidak terganggu karena kau lebih cantik, lebih pintar, dan lebih ramah. Tapi aku sangat terganggu saat mengetahui kau lebih berani.
Menjadi berani adalah kemewahan. Aku sering menganggap diriku punya kemewahan itu, sementara orang-orang lain banyak yang tidak punya. Tapi, kamu berada di luar orang-orang itu, Nona.
Jadi, dengan segala hormat (dan segala iri hati), aku ingin mengundangmu, membincangkan soal hari masing-masing atau cuaca yang belakangan ini jadi berantakan. Kalau kau masih bersedia, Nona, setelah perbincangan kita bisa menyenandungkan satu-dua lagu tentang asa. Kau suka menyanyi, bukan? Oh, aku tahu jelas. Itu perbedaan kontras kita. Aku akan mengikuti senandungmu, belajar menjadi menawan dan merdu sepertimu sekaligus belajar melepas tiap jengkal rasa dikalahkan.