Kelana sudah melalui dua ratus purnama lebih, kalau kuhitung-hitung.
Kepada para tuan dan puan yang kutemui, kuceritakan perihal agung Sang Surya. Aku melantun ode-ode panjang tentang hangat, cerah, dan energi, yang berkelindan dalam satu wujud Surya. Mereka menyahuti dengan kekaguman bertingkat-tingkat, dan mereka mengungkapkan bahwa mereka merasa iri.
Para puan merasa iri karena mereka tidak pernah menemukan Surya yang membuat mereka merasa begitu utuh dan penuh, selama tahun-tahun yang panjang tanpa alpa barang sekejap.
Lalu, para tuan, mereka iri lebih-lebih. Mereka cemburu pada Surya yang bisa membuatku merasa utuh tanpa perlu berada tanpa harus mencurangi jarak. Mereka cemburu, karena meski Sang Surya jauh di sana, cerita tentang agungnya masih berkesan untuk disenandungkan, menjadi tembang yang menyalakan asa.
Para tuan dan puan ini berpesan padaku untuk terus menyampaikan cerita tentang agungnya Surya, sebab cerita ini mampu mendulang kagum.
Jadi tentu saja, aku terus.