Bulan, Matahari, dan Ketergantungan

Tugas semester lalu, bikin textmotion. Saya bikin puisi aja deh. Nggak sebagus yang diharapkan. Puisi aslinya ada 15 bait, disalin di bawah, tapi karena udah keburu deadline, yang sempet disalin ke video cuma 10 bait kalo gak salah, dan semuanya saya sesuaikan rimanya. Nggak tau keliatan apa nggak di video kalo ini puisi berima.

Kau dan teman-temanmu sebut ia Bulanyang anggun dan cantik; begitu rupawan
Menggantung indah seperti perhiasan
di gulita malam dengan menawan

Kau puja dia dan indah yang ia punya
buat epos dan syair tentang anggunnya
dan tentang cantiknya yang begitu kaya
yang bagai dewi kahyangan raya

Sesungguhnya ia begitu kelam,
dengan tubuh pucat, berbopeng, dan suram
Membuat epos dan lagu pujianmu padam,
saat kau sadar Bulan begitu muram

Sebab indah Bulan yang kaulagukan
sama sekali bukan kepunyaan Bulan
karena ia hanya memantulkan
pendar sejati yang kuat dari sang kawan

Namanya Matahari, kuat dan megah
yang kuat pendarnya buat Bulan jadi indah
Dan karena itu seluruh epos dan syairmu salah
Bulan tidak indah; dia begitu payah

Bulan takkan cantik berpendar
tanpa Matahari beserta sinar
maka semakin kuat Matahari berbinar
semakin terang dan cantik pula Bulan berpendar

Tapi hari ini, Matahari sudah jauh
Bulan yang tak bisa pantulkan sinarnya mengeluh,
“Bagai dihampri puncak dari suatu teluh,
sekarang pergi sudah kuatku yang separuh.”

Bulan jadi semakin pucat dan gersang
tanpa setitikpun pancarkan benderang
karena Matahari dan sinarnya telah hilang

Sambil menangis, Bulan berkata,
“Apa yang akan melipur banyak pasang mata,
yang biasa nikmati indahku di malam gulita,
kalau bukan pendarku yang jelita?”

Karena senantiasa bergantung pada Matahari,
yang buat Bulan terlihat cantik setiap hari
maka Bulan bertekad mencari
kemana pergi ia yang jadi ketergantungan diri

Lalu Bulan melihat bintang-bintang,
yang juga punya sinar benderang,
“Mungkin aku bisa cantik dan kembali terang,
dengan kilau sang Bintang.”

Tapi kemudian Bulan urung,
karena gelisah mendera hati bagian relung
“Matahari yang dulu tak terganti,” dia berkata murung

Dan Bulan punya ide mendadak,
“Aku bisa cantik dan indah lagi kelak,
kalau aku bisa ciptakan cahaya semarak,
lalu bersinar mandiri seperti perak.”

Tergesa, sang Bulan kumpulkan sisa
pendar Matahari yang tertinggal ia jadikan asa
memeluknya erat dengan penuh rasa
berharap membuat cahaya tubuhnya bisa

Maka Bulan mencoba berdikari,
agar ia bisa bersinar sendiri
pun tanpa sang kawan Matahari

Tentang yang bagai Matahari.