Aku Ini Tak Lebih… – Dari Jurnal Multiply

  Ya, mungkin namaku Permata, tapi aku tetaplah sebutir debu. Tak lebih. Aku hanyalah sebutir debu di depan toko perhiasan yang di etalasenya terdapat permata. Dan jika orang melewati toko perhiasan itu, ia akan selalu melirik ke permata yang terpajang anggun di etalase. Tak pernah melirik ke arahku. Aku tau diri, sebab aku hanyalah debu di aspal depan toko itu. Jauh sekali dari permata. Permata yang terpajang di rak teratas etalase toko itu, tepat di depan pandangan mata orang-orang.

Tapi aku tetap berharap menjadi permata. Permata yang mahal, bersinar, kuat dan tahan di terjang ombak… Aku ingin menjadi permata, walau kutau aku tak bisa. Sebab aku hanya sebutir debu. Tapi, sekali lagi, aku tetap ingin jadi permata, karena aku ingin wujudkan harapan ayah bunda, harapan mereka yang mereka ukir di namaku; Prita Permatadinata. Harapan mereka untuk menjadikanku permata.

 

Aku ingin menjadi permata, bersinar di etalase itu, ditatap orang-orang, dan selalu dikagumi. Tapi tidak, tidak, oh tidak. Aku hanyalah sebutir debu, yang mengotori kaca etalase itu. Yang tak diharapkan orang. Tapi aku punya tekad, untuk segera merubah diriku menjadi permata. Agar harapan mereka terkabul.
Mungkin itu mustahil, tapi aku akan terus berusaha.