![]() |
Terdahului oleh rasa sesal | Oct 11, ’09 1:35 PM untuk semuanya |
Suatu hari, kau menemukan suatu desa dengan gulita yang teramat pekat, dan kau tau bahwa tak seorang pun yang tinggal di desa itu pernah melihat cahaya. Kau, dengan semangat ingin menolong, ingin agar penduduk desa itu tau bagaimana indahnya cahaya, kau menyulut sebatang lilin putih panjang, dengan sumbu yang panjang dan tahan lama. Kau bawa lilin itu, menuju desa gulita tadi, dengan harapan, semua orang akan menyambutmu dengan antusias dan penuh rasa terimakasih; kau akan menjadi pahlawan di desa itu–pahlawan pembawa cahaya.
Tapi bagaimana, jika ada seseorang yang mendahuluimu, dia bahkan hanya membawa sebatang korek rapuh–kau tau, cahayanya tak akan seabadi cahaya lilinmu–tapi dia mendahuluimu, dia berlari menuju desa itu–sedangkan kau hanya berjalan. Kau tertinggal. Terdahului. Dia, dan bukan kau, yang membawa dan mengenalkan cahaya ke desa itu, padahal, ide untuk mengenalkan cahaya itu lebih dulu datang dari dirimu, tapi dia terlalu sigap dan cekatan, dan kau terlalu lamban. Kau terdahului. Bagaimana perasaanmu, pedih, kecewa, sakit, menyesal kenapa-terlalu-lama…
Kau terdahului.
22 Syawal 1430
Dilihat 2 kali oleh 2 orang, terkini on Oct 25, ’09