Kenangan yang Hilang – Dari Jurnal Multiply

Blog Entri Kenangan yang hilang Oct 10, ’10 11:26 AM
untuk semuanya

Senin siang yang gerimis, membuat kami tak langsung pulang. Kami berteduh dulu di sebuah bangunan dimana aku mengeja kehidupan, di sekolah dasar sederhana yang akan direnovasi.

Sekolah itu sudah kosong, para guru dan murid sudah di ungsikan ke SD lain selama renovasi berlangsung. Namun belum kulihat satupun pekerja disana. Mungkin karena ini hari pertama dari jadwal renovasi yang diramalkan akan berlangsung hingga akhir semester, dan mungkin juga karena hujan.

Kami–aku dan seorang sahabatku–berkeliling bangunan. Semuanya kelas sudah dikosongkan. Kulihat lemari-lemari kelas di kumpulkan di ruang kelas 3, meja dan bangku ditumpuk menggunung di dekat kantin dan ditutupi plastik agar tak lapuk kena hujan.

Kami berkeliling dari kelas ke kelas. Semuanya kosong dan berdebu. Aku memperhatikan pot-pot yang tergantung oleh temali.

“Liat gantungan pot itu!” aku menunjuk tambang warna-warni yang digunakan sebagai gantungan pot pada sahabatku, “Itu dulu gua yang bikin.”

“Lucu…” pujinya. Dia berasal dari SD yang berbeda. Bukan SD negri sederhana gratisan seperti ini, tapi sebuah SD swasta yang berbayar.

“Makasih, tapi sekarang gua udah bener-bener lupa gimana cara menjalin tambang sampai jadi simpul lucu kayak begitu,” ucapku jujur. Memang, berbulan aku meninggalkan SD ini, banyak kenangan yang hilang. Mungkin bukan hilang, hanya tersembunyi di ribuan memoriku, tidak hilang atau terlupakan, hanya tersembunyi, dan suatu kali akan muncul.

Kami berjalan ke arah ruang kelas 6, yang memang dulu kugunakan di tahun terakhirku di sekolah ini.

Ruang kelas itu kosong, benar-benar kosong, seperti ruang kelas lainnya. Tapi entah, aku merasakan rasa kosong yang beda.

Tiba-tiba aku menyadari sesuatu.

Sekolah ini akan di renov, dan segalanya akan berubah total. Mungkin tak akan ada banyak perubahan–aku teringat SD sebelah, yang semester lalu di renov tapi hasilnya tak lebih bagus dari sebelumnya–tapi semuanya akan benar-benar hilang.

Aku teringat apa yang ada di kelas itu.

Aku teringat pintu reyot penghubung 6A dan 6B, pintu reyot itu, yang entah bagaimana nanti setelah direnov. Aku juga teringat lemari guru, disana ada sebuah benda yang amat kusukai, sebuah miniatur istana berlampu–hasil praktek bab listrik–buatan kelompok kami. Aku teringat jam dinding, yang beberapa bulan kemarin pecah terkena bola. Aku juga teringat foto garuda, SBY-JK, yang kini sudah tergantikan tentunya, dengan hasil pemilu tahun kemarin.

Aku benar-benar merasa kehilangan. Apa yang kujalani di kelas ini adalah tahun terakhir aku belajar mengeja kehidupan di sekolah indah ini, dan ruang kelas ini pula yang memberikanku banyak cerita. Namun sekarang, cerita dan kenangan itu akan hilang, terganti oleh kisah baru, dan…

Sungguh aku tak pernah bisa menemukan ruang kelas yang lebih berarti dari ruang kelas 6A SDN 02 pagi Pondok Kopi.

Tapi tidak, aku menyadari sesuatu. Mungkin kelas ini akan terganti dan semua kenangan akan hilang, tapi tidak dengan hati kami, kenangan itu takkan terganti dan takkan pernah hilang.

Aku teringat sebaris lirik perpisahan yang wali kelasku lantunkan,

di hati kita tetaplah satu
karena janji kita satu

Dzulqo’dah 1431

Kasih tanggapan dong!