
Pagi, di mula-mulanya, ada yang tahu-tahu bicara padaku
“Prita, jangan lupa:
bertindaklah bukan untuk mendulang kagum,
melainkan menguatkan pijak.”
“Pijak siapa?” aku melontar tanya.
“Siapa saja;
pijakmu sendiri yang kadang sarat ragu,
atau pijak teman-temanmu yang tungkainya harus dikuatkan,
atau pijak orang asing yang tiba-tiba berpapasan denganmu.”
“Berarti,
aku cuma akan sibuk menunduk,
memperhatikan pijakan orang-orang,
dan memastikan mereka sudah kokoh?
Berarti,
wajahku tidak bakal meraih pandang orang-orang
jadi mereka akan segera lupa?
Berarti,
mereka akan jadi makin kuat, kokoh, dan dikenali,
sementara aku tidak akan jadi apa-apa?”
Kemudian ia menyeringai,
“Jangan pura-pura rapuh, Prita
Tuhan menganugerahimu bahu yang tangguh
jangan larut oleh hasrat.”