Sudah terduga, ini bukan kejutan. Jadi, ya, tidak mengagetkan, tidak membuatku kenapa-kenapa. Masih kalah dengan kejutan tengah 2011, kali pertama bertemu seseorang yang dengan segera kusadari posisinya terhadapku, sehingga aku bisa cukup tau diri.
Sudah disangka-sangka, memang. Sebelumnya, kupikir, aku akan segera menelepon—atau setidaknya mengirim pesan—ke salah satu sahabat-sahabatku, mengabari bahwa aku punya kisah yang dan rasa yang perlu diungkap.
Tapi rupanya tidak. Pertama, karena aku merasa tidak sanggup bercerita. Mau bilang apa lagi? Bosan juga bercerita hal yang itu-itu lagi ke orang yang berbeda-beda stelah belasan tahun. Kedua, karena ternyata aku tidak butuh. Aku bisa baik-baik saja (dan bahkan hal ini mengejutkan diriku sendiri), dan aku berterima kasih pada diriku sendiri karena hal-hal ini: tidak berekspektasi berlebihan, menjadi realistis, memiliki diri sendiri sepenuhnya, dan terutama, sudah mempersiapkan kabar ini. Aku sering berpikir kalau hari seperti ini akan datang, dan aku pelan-pelan mempersiapkan diriku sendiri agar tetap baik-baik saja ketika kabar ini datang.
Memang benar, aku bisa baik-baik saja. Aku menulis banyak tulisan untuk diri sendiri selama ini, jadi kalau keadaan memburuk, aku bisa membaca ulang tulisan-tulisan tersebut sehingga aku tidak akan merasa merana.
Tapi sekarang, keadaan belum memburuk. Aku hanya bersiap-siap kalau nanti aku jadi lemah, tulisan-tulisan itu akan jadi senjata paling ampuh. Yang penting, aku memiliki diriku sendiri sepanjang waktu.
Lalu, apa setelah ini? Ah, entahlah.
Kemudian, aku bertanya pada Tuhan, apakah aku masih layak menggumamkan doa yang sama meski aku tahu, mulai hari ini, segalanya berubah total?
Semangat Prita!
Terima kasih yaaa!