Sobat yang Tidak Berhenti Menguatkan

Sobat yang Tidak Berhenti Menguatkan


Aku punya bahu yang kuat.
Tadinya tidak begitu. Ya ampun, aku ini tukang mengeluh. Cengeng, lembek, payah. Kemudian, Tuhan meletakkan di sampingku, seorang sobat.
Kami mengobrol berjam-jam, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan bersama-sama, berdebat dan tertawa bersama. Ia sibuk setengah gila, tapi tidak mengeluh atas jam-jam mendengarkan keluhanku atau menjelaskan padaku sesuatu.
Sering, aku bercerita tentang hari, bagaimana aku menemukan banyak hal yang membingungkan; atau tentang persepsi, bagaimana aku takjub atau dongkol pada keragaman cara pandang orang-orang. Kemudian, ia menanggapi dengan menepuk bahu—tepukan yang membuat bahuku terasa makin kokoh—kemudian memberi komentar dan solusi. Atau, kadang tidak menanggapi apa-apa kalau aku memang tidak butuh tanggapan. Seringkali kita cerita hanya untuk sekadar didengar kan, dan ia selalu tau kapan waktu untuk mendengar saja atau perlu berkomentar.
Aku punya bahu yang kuat dan sobat yang tidak pernah berhenti menguatkan.
Tuhan, terima kasih.

Kasih tanggapan dong!

Satu pemikiran pada “Sobat yang Tidak Berhenti Menguatkan”

%d blogger menyukai ini: